Thursday, September 6, 2012


Ban Go Green, Tidak Beracun dan Irit Bahan Bakar

Mengikuti tren yang berkembang di dunia, produsen ban juga telah menerapkan istilah go green pada produknya. Konsep ramah lingkungan ini memang dinilai cocok karena tak sekadar mengurangi gas beracun yang dihasilkan dari gesekan ban dengan aspal. Melainkan juga membuat konsumsi bahan bakar lebih irit. Benarkah ke depan semua produsen ban akan mengadopsi konsep ini?

BAHAN BAKU

Banyak definisi yang mengikuti konsep dan pemakaian ban go green ini. Mulai dari bahan baku, emisi karbon, aroma bau hingga rolling resistance. Seperti disampaikan M Zein Saleh, Senior Marketing Manager PT Multisrada Arah Sarana (MSA), produsen ban merek Achilles.

Untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan, maka proses produksi diawali dari bahan baku yang sesuai kriteria ramah lingkungan. “Produksinya menggunakan bahan baku berkualitas dengan mempertimbangkan mutu sekaligus memiliki usage yang ramah lingkungan,” jelas M. Zein.

Lalu, tentang emisi karbon juga lebih rendah. Dengan menggunakan ban go green, gesekan ban pada aspal menghasilkan emisi karbon dioksida menjadi lebih rendah.

“Emisi karbon dari gesekan ban dapat direduksi dengan bahan baku yang terpilih dan diseleksi ketat dalam proses produksi. Sehingga emisi karbon lebih minim,” tambahnya. Seperti dikutip dari data riset Japan Rubber Manufacturer Association, 87 persen emisi karbon dioksida terjadi karena hasil gesekan ban dengan aspal.

Residu dari hasil gesekan ban terhadap aspal menimbulkan aroma yang menyengat. MSA melakukan inovasi pada produk Achilles ATR Sport, dengan kompon bercampur pewangi. Aromanya pun beragam mulai dari lavender, mawar hingga jeruk lemon.
Kentungan lain dari pemakaian ban go green ini juga meluas. Hambatan putar ketika roda bergulir menjadi imbas dari gesekan dengan aspal. Hambatan ini disebut rolling resistance. Semakin rendah rolling resistance maka koefisien gesek ban terhadap aspal makin kecil. Sehingga konsumsi BBM lebih irit dan emisi karbon dari pembakaran mesin pun lebih sedikit.

“Riset mengenai faktor rolling resistance sudah dilakukan, tujuannya untuk memperkecil rasio hambatan gesek,” bilang M. Zein lagi.

Berbeda halnya dengan Bridgestone yang juga memiliki spesifikasi ban ramah lingkungan. Yakni terdapat di tipe ban Ecopia. “Dalam ban Ecopia, Bridgestone merancang bangun ban dengan desain gulir yang dapat menekan gesekan antara ban dengan aspal. Hal ini otomatis membuat ban berumur lebih panjang dan tidak cepat menguras sumber daya alam,” ujar Agus Sarsito, Deputy Manager Department Teknikal Servis PT Bridgestone Tire Indonesia.

Keunggulan lainnya, dengan minimnya gesekan maka akan semakin rendah pula gas buang (CO2) yang dihasilkan. Sehingga pada akhirnya dapat menekan konsumsi bahan bakar mobil.

PT Gajah Tunggal Tbk (GT) selaku penghasil ban merek GT Radial juga mulai mengadopsi ban go green dengan penggunaan bahan kimia yang bersifat non karsinogenik atau dikenal dengan Non Aromatic chemical (NOA). “Dengan bahan ini, menghasilkan rolling resistance yang lebih rendah. Terus kita membuat ban dengan kompon yang memakai nanosilica,” ujar Arijanto Notoraharjo, General Manager Marketing GT.

Arijanto lebih lanjut menerangkan jika yang NOA sudah hampir semua diterapkan pada ban GT Radial. Khususnya ban-ban yang baru seperti Champiro Eco, HPY, SX2 dan Komodo. Sementara nanosilica ada di semua ban Ultra High Performance seperti HPY, HPX, SX1, SX2, BAX dan ban andalan GT Radial Champiro Eco.

Dengan mulai diterapkannya konsep go green ini diharapkan para produsen ban di Indonesia dapat turut serta menekan pencemaran udara. Juga mengurangi eksplorasi sumber daya alam dari material dasar sebuah ban selama ini.

0 komentar:

Post a Comment

keinginan

ingin menciptakan sebuah motor yang canggih dah handal

keinginan

ingin menciptakan sebuah motor yang canggih dah handal
Powered By Blogger

mx gw

mx gw
loading inovation

dhedy's

dhedy's
add on Facebook

sejarah jupiter mx gw

3d otomania